Hantu Penunggu Puncak Tugu MTQ
Sore itu saya bersama teman temanku ( Aje, Hera, Rajim ) merencanakan untuk berakhir pekan di tebing sawapudo, yang terletak di kecamatan soropia kabupaten konawe. tebing sawapudo merupakan tebing wisata yang ditemukan oleh angkatan 1 Mapala Unsultra tahun 1996 dalam ekspedisi tebing.
Nama sawapudo diambil dari nama desa itu sendiri, hingga saat ini
sangat sering dikunjungi, khususnya para penggiat alam terbuka. Kamipun
mempersiapkan perlengkapan lapangan dll. Setelah semua sudah packing2, tepat
jam 21.00 wita kamipun berangkat dari sekertariat Mapala Unsultra menuju tebing
sawapudo.
Jarak dari kota kendari ke tebing ± 33 KM dengan kondisi jalan yang
sempit dan lumayan baik, jam 22.10 kami tiba dilokasi. Disana sudah ada anak2
lain yang sudah dua hari melakukan latihan. Karena kami tiba sudah larut malam,
jadi tak ada lagi aktivitas, semua sudah beristirahat, dan beberapa anak2 masih
bercerita didepan tebing. Sekitar jam 01.45 pagi sy dan yang lain, masuk
ketenda tuk beristirahat.
Minggu, 1 April 2012
Jam 8 pagi, anak anak naik ke atas tebing untuk memasang Angkor
(pengaman) sebelum melakukan pemanjatan, yang lainnya bertugas untuk memasak.
Sayapun duduk di sebelah kanan dari tebing dan memperhatikan aktivitas mereka.
Sampai jam 11.30 siang sy dan timku ke waworaha, salah satu desa tetangga
sawapudo hanya berjarak 2KM, dan meninggalkan anak anak lain yang masih sedang
memanjat.
Diwaworaha disalah satu rumah warga, kami makan siang, mandi dan
istrahat sebelum kembali ketebing. Walaupun kami Cuma makan mie instan dan
segelas susu, setidaknya sudah cukup untuk memberikan tenaga siang itu.
Jam 13.00 kami kembali ke base camp, kami sangat kaget, karena tak
satupun manusia kami ketemui, ternyata mereka sudah balik ke kendari sejam lalu
sebelum kami tiba. Itu bukan merupakan suatu masalah, kami break 15 menit tuk
mendokumentasikan moment itu.
Karena hari masih siang dan masih banyak waktu tuk bersantai, kami
memutuskan untuk kepantai (Toronipa). Barang2pun dipacking, kami tinggalkan
tebing (base camp) dan segera ke pantai. Jarak dari sawapudo ke pantai toronipa
berjarak 7 KM. Jam 14.30 kami tiba dan bersantai ria. Pantai toronipa merupakan
salah satu objek wisata yang berada dalam kabupaten konawe, yang berjarak 31 KM
dari titik 0 kota kendari.
karena pantai ini termasuk pantai yang lumayan bersih dan mudah
dijangkau, sehingga banyak warga kota kendari memilih tempat ini untuk
menghabiskan akhir pekannya. Saking mengantuk, sy sempat tertidur pulas dibawah
rindangnya pohon dan angin laut. Rajim, hera, aje tetap eksis dengan kameranya.
Terbangun kaget karena bising disampingku, langsung lapar dan makan
lagi. Menjelang sore cuaca tampak mendung, kami memutuskan untuk segera pulang
ke kendari karena masih ada satu agenda. Perjalanan sedikit lebih cepat, takut
diguyur hujan.
Pukul 16.00 tiba dikendari tapi hujan sudah turun walaupun hanya
gerimis, kami singgah disekertariat mapala unsultra untuk berteduh. Setelah 19
menit berlalu hujan redah, kami segera ke MTQ, agendanya mau foto2 dari puncak
tugu mtq. Sebelum sampai di mtq, singgah diwarung belanja konsumsi, karena
diatas tugu tak ada kios dan warung, hehehe.
Motor diparkir, siap melewati anak anak tangga yang berkarat dan lapuk.
Melalui lubang kecil kami merayap satu persatu. Mtq atau biasa disebut tugu
persatuan adalah tugu yang dibuat dimasa jabatan Gubernur Ali Mazi, dengan
tinggi tugu 99 meter yang menandakan alma usna (sifat allah) dan 4 kaki yang
menandakan suku dan agama yang berbeda dalam satu ikatan kokoh. Sebelum mtq
dibangun tempat ini merupakan taman umum atau taman ria dimana didalamnya
tempat bermain dengan segala jenis permainan dan sebagiannya rawa.
Ruangan didalamnya sangat gelap, masuk ketugu wajib membawa alat
penerang. Agar nantinya bisa sampai dan turun dengan selamat, selain gelap, ada
juga beberapa lantai yang sudah bocor, bangunan tugu 90% dari besi dan baja.
Kamipun naik tangga dengan penuh semangat.
Kurang dari 5 menit kamipun sampai dipuncak tugu pukul 17.00 sore,
istrahat sejenak, rasa capek itu hilang saat memandang dari ketinggian dan ada
kepuasan tersendiri. Jeprat jepret sana sini, karena hujan gerimis tadi,
sehingga lantai jadi basah, dan pemandangan tidak begitu sempurna sore itu,
tapi sy tetap puas, karena setiap sudut kota ini bisa Nampak jelas.
Tugu MTQ dan baju kuning.
Tiba tiba tas hera tidak ada dalam posisinya, maksudnya tasnya hilang,
sementara tas kami masih berada diposisinya. Semula kami anggap rajim menjahili
hera, dengan menuduh rajim yang iseng menyembunyikan tas hera.
Tetapi dugaan itu salah, area itu sangat sempit, dan rajim tidak punya
waktu untuk menyembunyikan tas, dimana kami hanya berempat dipuncak saat itu
dan hanya sibuk foto foto. Kamipun pucat dan merasa takut, berulang kali kami
mencari, berputar dan saling bertanya, dimana, kapan, kenapa bisa, dimana
terakhir disimpan, dll.
Semua jawabnya sama, rajim sudah berusaha turun 3 lantai dari atas,
berharap ada orang yang mengambilnya dan memintanya kembali, tapi usaha rajim
sia sia. Tak seorangpun yang berada dalam tugu saat itu, hanya kami berempat.
Tiba tiba rajim berinisiatif untuk mencoba mencari dilantai paling atas, lantai
terakhir tugu itu.
Walaupun anak tangganya terpalang oleh besi, sy dan rajim naik dengan
menggunakan alat penerang, rajim berada didepan dan sy dibelakang untuk member
penerangan. Sesampai dilantai terakhir tiba tiba melihat tas hera yang berada
tepat disampingku.
Sy pun langsung mengambil tas itu dan langsung turun secepat mungkin,
hera memeriksa tas itu, dan isi tas itu masih utuh, kamipun semakin takut
dengan kejadian itu, pucat, merinding, cemas. Waktu sudah masuk magrib kami
rencana menghabiskan waktu magrib lalu segera turun.
Sambil menunggu rio yg dalam perjalanan naik ke puncak tugu, yg
sebelumnya di bbm untuk nyusul ketempat kami. Setelah rio sampai kepuncak, dia
langsung menanyakan siapa yang berbaju kuning bersama kami, yang dilihatnya
dari bawah.
Sy menjawab, kami Cuma berempat berada disini, tidak ada siapa siapa.
Menyambung pernyataanku, aje juga pernah mengalami hal yang sama, pada hari
jumat tanggal 23 maret, kami juga naik kepuncak tugu ini, dari bawah, aje
melihat sosok baju kuning berdiri dan melihat ke arah jalan saranani.
Kami semakin yakin kalau yang menyembunyikan tas hera adalah jin atau
mahkluk halus penunggu menara tugu mtq. Setelah magrib, kamipun turun
meninggalkan tugu itu. Sampai di depan tangga naik ke tugu, kami duduk dan
beristirahat sebelum balik kerumah masing masing. Saling mempertanyakan siapa
baju kuning tersebut.
Informasi yang kami dapat, dulu dalam pekerjaan tugu mtq itu, ada salah
satu pekerja yang jatuh dari ketinggian dan meninggal.