Desa Wolasi sebagai Media Pendidikan Pencinta Alam Kota Kendari
Bagi pencinta alam kota kendari, umumnya telah mengenal Desa wolasi yang sekarang sudah menjadi salah satu kecamatan di kabupaten konawe selatan. pada tahun 1994 untuk pertama kali tempat ini telah ditemukan oleh Tim Survey Mapala Unsultra dalam pencarian gua, tebing, sungai serta gunung hutan sebagai media lokasi pendidikan dasar yang berjarak ± 1,8 KM dari desa setempat.
Survey pertama dilakukan divisi gunung hutan dengan
tujuan melakukan observasi di bukit
sidaharja, sungai aoma, andenbura, lintas kawasan hutan lindung wolasi, gunung
baito dan sungai boro boro.
Kemudian di anjutkan survey kedua oleh divisi gua
dan tebing dengan tujuan menemukann gua,tebing di bukit rarowatu sesuai
informasi penduduk lokal
Di sekitar kawasan ini, beberapa potensi seperti
hutan yang alami gua, tebing, gunung dan sungai berada pada posisi yang sangat
dekat, sehingga disimpulkan tempat ini layak dan dipastikan akan menjadi tempat
penggodokan mental dan fisik bagi Calon anggota muda mapala unsultra pada
pendidikan dasar angkatan ke dua.
Seiring berjalannya waktu sampai sekarang tempat
ini sudah menjadi ikon dan situs lokasi pendidikan dasar bagi teman teman yang
akan bergabung dalam organisasi pencinta alam (OPA) khususnya di kota kendari
seperti KPA Amcalas, Zenith LH SCA, Imppala Sangiawita, Instalaseta, Mahiscita
Stain dan lain lain.
Gua Janter
adalah Salah satu temuan gua dari banyak gua di Wolasi seperti Gua Uci
dan Gua Aoma, yang ditemukan tim survey saat itu. Kata “Janter” diambil dari
akronim “jangan terlalu” yang pada saat itu sangat terkenal sebagai istilah
yang seringkali diucapkan oleh kaum muda kota kendari terhadap sesuatu yang
berlebihan.
Kenapa Penamaan Gua tersebut di sebut ’Gua
Janter’? karena hanya beberapa saat tim survey melakukan penulusuran sekitar
+ 30 meter,tim langsung ‘mentok’ di ujung gua padahal saat itu tim survey masih
dalam kondisi semangat melanjutkan penulusuran dan gembira menemukan gua
tersebut.
Salah satu tim survey saat itu Kakanda wahyono
langsung nyeletuk ‘janter’. Pada saat itulah tim survey langsung menyepakati
penamaan gua tersebut dengan nama Gua Janter. Walaupun Gua janter kedalamannya sangat pendek tetapi
ornament didalamnya sangat kaya seperti stalaktit, stalakmit, pilar, guordam,
sudastrow dll.
Dilanjutkan dengan penemuan dua tebing rarowatu
dengan ketinggian 13-15 meter sangat
dekat dengan gua janter yakni satu kawasan dengan bukit rarowatu. kondisi hutan
yang masih alami saat itu, sungai aoma dan andenbura yang tak pernah kering
membuat tempat ini sangat potensial
untuk dapat dijadikan acuan media pengenalan dasar-dasar penulusuran gua,
tebing dan gunung hutan.
Tapi bagaimana kondisi sekarang lokasi pendidikan
tersebut? Setiap tahun kawasan ini ramai dikunjungi oleh penggiat alam terbuka
dari berbagai OPA, jelas ini merupakan suatu tanggung jawab bersama untuk
menjaga kelestarian potensi dan sekitar kawasan tersebut. salam lestari